27 Mei, 2008

MUSIM sudah hendak
pun angin beri izin
awan senyum berarak
dengan kau mereka menjalin!

SEMUA seolah bentangkan
permadani untukmu melangkah
mereka tak cegahmu
tak seperti diriku

:yang tiada pernah mau kau pergi


26 Mei, 2008

Sajak Tentang Indonesia dengan Bahasa Indonesia

Pada suatu musim
saat kembang merah putih berguguran,
seorang guru Bahasa Indonesia
menyuruh kami menciptakan sajak
tentang Indonesia dengan menggunakan
Bahasa Indonesia

Kami tak mematuhinya
Indonesia seharusnya adalah kata
yang tidak akan pernah berdiri dalam sajak kami
Kami tak menciptakan sajak yang guru pinta
karena kami tahu pada akhirnya
harus kami tulis juga kalimat salah seorang pujangga
yang berkata:
“Malu Aku Jadi Orang Indonesia”

Atas dasar paksaan
maka kami tulis juga sajak tentang Indonesia
yang lagi-lagi pakai Bahasa Indonesia

Ketika harga bahan bakar minyak dunia meninggi
maka pemerintah Indonesia pun turut menaikkan harga
tapi apakah pernah pemerintah menurunkan harga
tatkala harga minyak pasaran dunia merosot?

Di negeri ini,
Korupsi jadi mata kuliah wajib para pejabat
yang duduk di kursi-kursi pemerintahan selama berabad-abad
Berjuta program kerja dijanji-janjikan para kandidat saat kampanye
sayang sekali, hanyalah sekedar janji

Di negeri ini,
Uang memegang penuh kekuasaan,
Anak-anak tak perlu giat belajar hingga pintar
sebab kelak yang menentukan nilainya adalah
nominal dalam amplop yang diserahkannya
Pengendara bermotor tak perlu sibuk-sibuk mengurus segala surat izin
sebab kelak uang sepuluhribu mampu mengamankannya
dari segala bentuk penilangan

Di negeri ini,
Jabatan berubah menjadi makhluk yang dipuja-puja
para simpatisan pun jadi strategi tuk mendapatkannya
hingga bukan tak mungkin
bila yang salah dibenarkan, dan yang benar disalahkan
karena semua demi demi simpatisan, demi jabatan

Dan bukankah sudah kukatakan sebelumnya
kelak sajak ini kan berujung pada satu kalimat
Sebab sudah pula kukatakan
aku tak ingin kata Indonesia berdiri dalam sajak ini

Kawan,
sama pendapatku dengannya
dengan Taufiq Ismail, sang pujangga

Kawan,
“Malu Aku Jadi Orang Indonesia”

---------------------------------------------------

Makassar, 16 Mei 2008
Puisi ini diperlombakan dalam Lomba Cipta Baca Puisi
Pentas Ilmiah 2008-Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tapi...sayang.."gak menang..hiks"

24 Mei, 2008

Yeah!!




^_^

Juara I Lomba Scrabble
Athirah Funtastic Competition
Mei 2008

Pukul 02:35 / 5 Mei 2008

Aku terjaga. Bagaimana mungkin mampu kudekap erat bebantal empuk, sedang tak dapat kupejam mata ini. Kakak-kakak, Ayah juga Ibu yang tengah bermain di taman mimpi, tidaklah lagi dengar kisah kisah malam. Termasuk kisah bengalku yang tinggal membodohi diri dengan mendaki. Daki jejak. Tapi aku selalu ingin terbahak sendiri, karena tak henti mendaki jejak langkah memori. Walau kadang jejak jejak itu hanya bisa buatku mati dan tertusuk sedih juga piluku sendiri. Bukankah itu yang kan terjadi? Aku tak pernah tahu dan sesungguhnya tak ingin tahu apa yang terjadi dengan pekerja dalam tubuhku. Aku tak peduli dengan apa yang dikatakan adik kelasku, tentang racun itu. Sama sekali tak peduli. Hal demikian hanyalah cita-cita seorang penyair pemula untuk menyamakan dirinya dengan segala penyair dahulu kala, termasuk aku mungkin pula adik kelasku. Seperti sajak yang kucipta berjudul Penyair Pesakit, yang hanyalah sebuah obsesi besar remaja bengal pelajar penyair sepertiku.

Pukul 02:00 (Daki Jejak)

kendaraan merongrong singkap sunyi

denting jangkrik tak putus putus

dan sahut sahut lain

buatku bertanya :

ini malam atau pagikah?

sambil terus kucoba daki

tapak demi tapak melodi

kukembali kunjungi jejak memori

namun hanya berakhir tanya:

tuk apa kubaca semua ini?

malam mulai rubah diri

film misteri pun lembaran kisah ngeri

di sini ada pagi

jemputku ramah beserta panggilan Ilahi

lagi lagi buatku bingung sendiri

pukul dua,

telah lama ku tak tinggal

tahan lelap tuk tetap terjaga

tapi sungguh ini tuk apa?

aku hanya bisa mati, atas jejak kudaki.

malam atau pagikah? 5 Mei 2008

06 Mei, 2008

Diskusi Bareng Riri Riza @ Gedung PKP UNHAS




Hanya Bisa Bicara

musim ini banyak nyawa nyawa
ramai bicara hal sama
global warming katanya

kanak kanak
tak ada yang mengerti
di tempatnya memang tak ada
ilmu tentangnya

murid sekolah dasar
belum sanggup cerna
harap maklum di tempatnya
hanya tiga tahun dibahas
padahal ini tentang kedepannya

siswa sekolah menengah pertama
pun demikian adanya

siswa sekolah menengah atas
lebih parah lagi
cukup setahun hal ini diungkap
beruntung para penganut ilmu sosial
tiga tahun kan bersamanya

musim ini banyak nyawa nyawa
hanya mampu bicara
miskin implementasinya

di kantor kantor
para berdasi hidup berAC
kusarankan pada arsitek
cipta saja jendela banyak banyak

di jalan jalan
asap asap kendaraan
jadi polusi paling menyakitkan
kusarankan pada pengemudinya
jalan saja atau naiklah sepeda

musim ini banyak nyawa nyawa
berbondong bondong pergi rapat
jauh jauh ke Bali
bicarakan global warming katanya

tapi pejabat dan para orang hebat
memang demikian adanya
hanya bisa bicara

Pagi, 3 Mei 2008

Pendidikan Negeri ini, belum matang!

sekolah zamanku begini :
lonceng atau bel listrik slalu dusta
pada waktu waktunya
buku buku berubah jadi uang
yang penjualannya adalah bisnis besar
pegawai tata usaha duduki tempat tertinggi
sebagai makhluk penyusah siswa siswi
pengajar sudah kekurangan bahan ajar
di kelas hanya tinggal bersandiwara
pakai peran peran wibawa
pelajar tak bisa apa apa
di bilik bilik kelas hanya bisa
datang duduk diam
pihak komite tak henti naikkan tarif
padahal program kerjanya
hanya termaktub dalam kitab rencana
susah rasanya direalisasikan

jangan sekolah di zaman ini
sebab kelak kau kan dihidupkan kembali
jadi mereka mereka
yang hanya tancap nama

sekolah zamanku
sekolah zaman sekarang
adalah salah satu
ciri pendidikan negara kita
yang belum matang!

Pagi, 3 Mei 2008

toycam

Kemarin pas lagi online di kaskus, sempat singgah di tritnya si ultramand. Dia jualan toycam. Eh, langsung suka sama yang diana f+cmyk. Tap...