18 Desember, 2008

baitbait untuk mama


kata orang, ini bulan untuk mama
nanti tanggal duapuluh dua
aku belum tau mau rayakan apa
aku tak tau hendak berikan apa
kadang aku merasa-sekadar merasa
ritual ini tidak ada adilnya
hanya sehari masa indah untukmu
sedang sepanjang hari, sepanjang waktu
sepanjang usiaku adalah perayaan darimu

kata mama, sangat senang ia dengan doa
doadoa dari anakanaknya
meski bagiku belumlah cukup itu semua
dengan apaapa yang sudah kuterima
tapi jika segaris senyum dapat tercipta
mengapa tidak, aku menghadapNya
menengadahkan tangan seraya berkata:

Ya Rabb,
yang maha pengasih,
yang maha penyayang,
yang maha pengampun,
curahkanlah kasih sayangMu untuk mama
sebagaimana kasih sayang yang tercurah
darinya untuk anakanaknya
ampunilah dosanya andaikata pernah
ia perbuat dosa

:tanyaku, cukupkah baitbait puisi ini untuknya?

Makassar, 18 Desember 2008
*puisi ini diikutkan dalam lomba menulis puisi untuk mama yang diadakan oleh TribunTimur dan Telkom...

15 Desember, 2008

puisi dalam hujan

/1/
sarapan apa kita pagi ini,sayang?
jawabmu sungguh sama denganku
meski masih dalam pembaringan
aku pada ruang ujian
menatap luaran jendela
bersama kita berkata
:hujan

Ruang ujian 03, 10 Desember 2008

/2/
hujan,
aku ditikam kerinduan!

Rumah, 12 Desember 2008

30 November, 2008

ia bukan-bukan ia-ia bukan siapasiapa

:masih untukmu, Amhel

lupakan saja
anggap ia bukan darah
yang menderas dalam tubuhmu
anggap ia bukan jantung
yang berdegup terus pertahankan hidupmu
anggap ia bukan masalah
yang berkeliaran dalam pikiranmu

sebab
ia memang tak seperti
yang kuibaratkan
ia memang bukan siapasiapa
yang berhak guncang hatimu

ia tak pernah
pikirkanmu
lalu tuk apa
terus kau pikirkannya?

mengingat amhel, 30 November 2008

21 November, 2008

Sebuah Prasasti Pertemuan

Pada suatu masa yang tidak begitu lampau, saya nekat terjun bebas ke sebuah arena yang sebenarnya saya sendiri tidak yakin mampu melakukannya. Sebuah pertarungan sengit, sejumlah insan bertarung merangkai kata dan mengorasikan hasil karyanya di hadapan mukamuka yang tak dikenal dan batangbatang pohon yang membeku. Dalam durasi seribu delapanratus detik, katakata harus berhasil diolah menjadi punya makna dengan garisgaris batasan mengenai budaya. Usai itu, katakata yang telah dirangkai dan diolah sedemikian rupa harus -dipertanggungjawabkan-. Saya sendiri tidak begitu yakin mampu mengorasikan hasil karya saya yang bertajuk "Sajak dari Sebatang Pohon Tua untuk Tamunya yang Mudamuda". Di tribun utama, tiga batang tubuh dengan polesan wajah sastra yang tak lagi diragukan sudah siap dengan pena dan kertas, hari ini mereka adalah orang terpenting di arena tersebut. Mereka adalah Andhika Mappasomba dan Salim (saya menambahkan kata "kak" pada masingmasing nama, sekedar menegaskan bahwa mereka lahir lebih awal...),sedang sebatangnya lagi tak saya ketahui namanya.

Saya jadi penerjun terakhir masa itu. Rasanya orasi saya tidak begitu baik,-buruk- secara kasarnya. Begitu ritus katakata usai. Kami berhamburan. Salah satu batang tubuh tadi memanggil saya, pada singgasananya ia berkata: "seandainya kamu tidak menang, jangan berhenti menulis!"..., "Hmmm.."(saya hanya menjawab begitu). Dia menambahkan:"Tulisan kamu bagus, tetaplah menulis!".
Tak lama kemudian, bersama mukamuka lainnya kami menuju suatu koridor. Berbicara apaapa saja. Selang beberapa waktu lagi, semua kembali memindahkan pijakan kakinya di sebuah bilik yang suarasuara bergemuruh di dalamnya, sebuah arena pertunjukan yang mengundang banyak muka menuju padanya. Saya mengambil tempat tepat disamping muka yang sudah hampir tiga tahun saya kenali.

Ada suara yang memanggil nama saya, dalam waktu sangat singkat saya mendapatkan sumbernya. Siapa lagi kalau bukan batang tubuh tadi, seorang Andhika Mappasomba, lelaki yang mengabadikan sejarah sastra yang panjang lewat helaihelai rambutnya, menyelamatkan berkilokilo budaya yang hampir sirna lewat perutnya yang tak begitu saya ketahui massanya, melihat kawankawan lewat kacamata hitamnya (ia tidak begitu kagum pada kilaukilau emas para hartawan, begitulah ia tak kuasa menatap apaapa yang silau). Saya menuju sumber suara itu, mengambil tempat di sampingnya. Rupanya ia mengajak saya membuat sebuah puisi yang ditulis secara bergantian (puisi yang ditulis/diciptakan oleh dua batang tubuh). Maka terciptalah dua puisi hari itu. Puisi pertama berjudul "Bulan dan Hujan" (sebuah prasasti pertemuan), sedangkan puisi yang kedua berjudul "Penyair Senja".

ini dia puisipuisinya...

"Bulan dan Hujan"
:sebuah prasasti pertemuan

malam kemarin,
bulan mengusir hujan dengan paksa
sebab ia ingin melihat langit bahagia semalam saja
tak meneteskan airmata seperti kemarinkemarinnya

malam kini,
hujan mengusir bulan dengan teriak
sebab ia ingin berdua saja bersama langit
merasa gelap sunyi tanpanya ataupun bintang

lalu pada malam esok, bulan dan hujan bermimpi
berdua mereka bernyanyi lagu sendu
disaksikan matahari dan bintang
sesaat kemudian keduanya terbangun
sebagaimana matahari yang pagi dan bintang yang malam
bagaimana pun juga mereka tak kan bersatu

sambil sembunyi
bulan dan hujan menangis tersedu-sedu!

*ditulis bersama Kak Andhika Mappasomba
UNM, 16 November 2008


"Penyair Senja"

ia satusatunya penyair yang tak merdeka
mencipta sajak, hanya saat senja

ia satusatunya penyair yang tak merdeka
mencipta sajak, masih memainkan sulaman kata

ia satusatunya penyair yang tak merdeka
mencipta sajak, ketika pikirannya sudah semakin tua

ia satusatunya penyair yang tak merdeka
mencipta sajak, ketika rindu menikamnikamnya

ia satusatunya penyair yang tak merdeka
mencipta sajak, hanya bila ada pensil kayu dan kertas buram

senja memudar, perlahan malam tiba
sebagaimana senja, penyair pun telah tiada
angin menghapus semua jejak sajaknya
malam membekukan kertas
matahari memanggangnya jadi debu

penyair senja jadi bayangbayang

*ditulis bersama Kak Andhika Mappasomba
UNM, 16 November 2008

16 November, 2008

rendezvous (under the tree)

sepohon rimbun rindang di sebuah gedung tak terjaga
ia hanya duduk disitu
tak berpindah selamanya
kadang beda hanya tergantung dari musim
bila hujan ia jadi peneduh seadanya
jika terik maka ia dicintai segala rupa
mukamuka duduk mengelilinginya
disini ia temui lagi apa yang tak sama
kadang mereka bicara apa adanya, sekedar istirah,
atau bermain sastra
salah satu permainan andalan mereka
tak jarang tawa jadi sisipan
atau yang beratberat dirangkumkan agar jadi ringan
:permainan bagus

kelak kan kumainkan pula di gedung tuaku
disana berdiri kokoh sebuah pohon mangga
tapi sayang sekali tak ada mukamuka bicara sastra
hanya ada rak tempat bukubuku yang semakin beku
atau remajaremaja yang tibatiba ada kala senja

malam, 16 November 2008

canda

seperti engkau,
akupun mencintai canda
tapi tak lebihlebih,
secukupnya saja
:jangan sampai ia buat kita salah memakna

malam, 16 November 2008

14 November, 2008

sebuah maaf selama khilaf

:mama-ibu-bunda

kemana?
ke bilik terakhir
paling akhir
ke tempat bermain
seusai segala peluh dirasai

kemana?
ke telapak tangannya
kecup dan ucap maaf padanya
ikrarkan seluruh hati
sampaikan pada tingkah tuk mencintainya

(di hadapan laptop, 12 November 2008)

bagaimana kau-padaku


:yang kuanggap sahabat-amhel-

aku-seperti ini-
kadang yang kukenal tinggal lelah
tapi ada engkau
lecutanku di setiap langkah
dan terlupa sudah
-apa arti lelah-

Makassar, 2 November 2008

01 November, 2008

November

:pahlawan

adakah mereka rayakan pesta ulangtahunku?
sekedar memutar rekaman masa lampau
kala aku-temantemanku
-rela-
membayar dengan nyawa
demi hidup penuh warna

Makassar, 1 November 2008

aku,yang-sedang-berpikir

aku sedang berpikir

bagaimana tuhan mencipta hujan
bagaimana titik air dijatuhkan
bagaimana aku-engkau sekarang
bagaimana pohonpohon jalanan
dan angin kencangkencang
menyapaku-waktu itu-

aku sedang berpikir

bagaimana detik melangkah
dari putaran waktu sejarah
bagaimana Dia mengarahkanku
tuk memberi arah perjalanannya
bagaimana Dia mengingatkanku
tuk mengingatkan dirinya

-dari segala apa yang kami lupa-

aku sedang berpikir

bagaimana
menjaga
semua
ini

agar
tetap
ada

Makassar, 1 November 2008

13 Oktober, 2008

satu lagi kawanku,bersahabat dengan jilbab!


:dhiera

bahkan kaupun lebih cantik
dari yang kau kira
dirimu lebih terjaga
sebab usahamu yang mau menjaga
dirimu lebih terlindungi
sebab tekadmu yang mau meraih perlindunganNya
dirimu lebih sejuk
meski kau dipenuhi penutup
sebab air wudhu yang menyegarkanmu
sebab sujudmu yang ikhlas
sebab dzikirmu yang mengalir deras
sebab itulah,
ku tulis syair ini untukmu
kawanku..

ba'da isya, 6 Oktober 2008
Alhamdulillah..dhiera udah pake' jilbab^^

puisi-puasa;puasa-puisi

/1/
puasa ini sepi
tak ada tertulis puisi
di rumah aku tahan lapar
dahaga
hawa nafsu
tingkah pun laku

/2/
tapi tanganku
jadi ikut beku
dan setelah sebulan berlalu
aku bertanya sendiri
"mana puisipuisiku?"

/3/
puasa tak menulis puisi
puisi belum menulis perihal puasa
puisi berpuasa manakala puasa tak berpuisi
puisi mencoba mengais asa pada puasa
puasa berhenti sejenak mengisi dengan puisi

malam jumat, 2 Oktober 2008

16 September, 2008

seandai ia....

: M_

seandai ia pahami bintang berjuta di atas sana
masingmasing simpan mimpiku tentangnya

seandai ia tau baitbait dalam doaku
tak pernah lupa menulis pinta akan dirinya

seandai ia mengerti tangis hujan pada malam
adalah tangis bahagiaku sebab telah mengenalnya

seandai ia sadari betapa aku menjaga tiap sayang
dan sabarku agar dapat terus mencintainya

depan laptop, 28 Agustus 2008

28 Agustus, 2008

Pete-pete


mesin biru ini lama tunggu penumpang
sejenak berhenti ia pada pesisir jalanan
yang ada hanya harap
paling tidak sepasang mata menangkap
keberadaannya

aku dan tiga orang lain padanya
tak sabar menanti si pengendara
melanjutkan langkah
dalam hati kami berkata:

rezeki tak datang jika kita berdiam disini
berjalanlah pak sopir
mungkin tempat lain sediakan rezeki
dan menunggu rodamu melangkah ke sana
bila telat tak kan kau dapat
penumpang yang di atas sini pada duduk rapat

di atas si biru, 28 Agustus 2008

(pete-pete: sejenis angkutan kota yang ada di Makassar)

21 Agustus, 2008

Persil Puisi Adik Kecil

:dik selma

salam kenal gadis kecil yang pernah buatku cemburu sesaat
mana tawa paling indahmu yang pernah terekam oleh kamera
atau bibir manismu yang ciptakan simpulan senyum
tunjukkan padaku dan biarkan perkenalan kita
tersimpan baikbaik oleh ingatan waktu

salam cinta adinda yang bermain di liang kegetiran
tetaplah potret sejarah di sekitar taman kanakkanakmu
tapi jangan kau tunjukkan padaku bila kelak
bibir manis itu tak ubahnya dilukis kelabu atau
aroma khamar yang keluar bersama tawamu

sebab kau adalah kunci
dari segala ruang yang menutup rapat dan mengurung
ibunda dalam dunia keruh menyeluruh
selamatkan bunda, adik kecil.
persil puisi ini seolah bermunajat, semoga engkau berhasil

kamar tidur, 21 Agustus 2008

Suara Hati Pengajar Dini

:semua guru PPL

berapa lama lagi masih di sini
mengurut dada serta rasa sabar
yang mesti diakumulasi
seumpama memakai toga
adalah sebuah pertaruhan
maka amarah yang tertahankan
beberapa bulan ini
tak lebih dari sebilah pedang
untuk menghujam
ritus kewisudaan

bilik kelas 3 IPA A, 21 Agustus 2008

Elegi Malam-Sebelum Terlelap

tak ada lagi celah cahaya. seluruh gelap seakan meraja. lilin bagai pelita, tiada guna. goyah karena sayupsayup bayu menyapa. mengancam ia tuk pejamkan mata. aku malam ini jadi penyair, yang bangga bernostalgia bersama hening. mengungsi diantara sorot mata lilin yang kian menyipit. merekam panorama gulita dalam untaian kata. dengan niat kan kubaca, kelak bila benderang tiba.

dan jauh di atas jajaran langit, terukir lukisan elok. bulan paling terang berhiaskan awan mendung dengan tangis yang tak habis terbendung. diamankan oleh prajuritprajurit bintang paling menantang.

sekali ini dan pertama kalinya aku bersyukur, atas sajian gelap yang disajikan sebelum aku terlelap.

kamar tidur, 20 Agustus 2008

18 Agustus, 2008

Pada Suatu Waktu Tahajjud


aku terbangun sayang
terbangun oleh cintaNya
yang rindu pada tahajjudku
Dia bangunkan aku
lewat sajak yang merindukanku
sebab Dia tahu
penyair hanya mampu terbangun
oleh puisi

waktu tahajjud-sebelum shubuh, 16 Juli 2008

16 Agustus, 2008

Ziarahi Puisi

pada lengang malam, seorang anak diamdiam mengunjungi makam.
tempat ditanamnya jenazahjenazah puisi. mungkin persis seorang
kanibal. ia bersama jemari mungilnya, mengobrak-abrik berbaitbait
gundukan tanah. seperti terbesit sebuah impian: aku hendak bertemu
puisi. menziarahi -datang dengan secerek air dan sekeranjang bunga-
tak kan buat ruh puisi merasa tercukupi. sudah seharusnya puisi
tak dilupakan begitu saja, hingga mereka mati, lalu tak dapat terbaca.
maka marilah para penyair! kita bikin janji: tuk tak lagi lupakan puisi
dan mencoba membunuhnya diamdiam pada waktu sempit yang tak
sanggup kita sisipkan.

Sabtu, 9 Agustus 2008

Balada Serigala Kecil

:kawanku, Eko.

di matamu
mungkin tak pernah kukata sebelumnya
ada sipit tatapan tajam
mata sepasang
-yang mungkin-
layaknya serigala

di parasmu
mungkin tak sempat kulukis sebelumnya
hidup romansa belia
seandai perihal seekor
serigala remaja

tapi segala insan
kuberitahu semua akan ituitu
tiada percaya
maka ini kanvas dirimu
yang serigala
coba deskripsikan jawab
atas segala tanya

--------------------------------------------------
puisi lain mengenai eko..

lalu untuk apa
kita memunafikkan jarak
bila bukan perihal sajak

lalu untuk apa
zaman kita abadikan
bila bukan perihal kawan

sejenak kita kembali ingat
akan tawaran sepersekian rupiah
berasal dari entah mana arah
hendak beli
persahabatan kita punya sejarah

lalu untuk apa
kutulis dua bait di awal
bila bait ketiga tuntas terjual?

Makassar, 15 Agustus 2008

15 Agustus, 2008

Lima Sajak dalam Lima Hari Panjat Impian itu...


:Kak Ayoeb dan Kak Eva

/1/
-Senin, 16 Juni 2008

ah, panas sekali udara di luar
angin kering sahara, gobi, kalahari
matahari melulu tinggi tinggi

sayang, ini waktu tinggal empat hari
bersabarlah
pada apapun jua

biar nanti kalau kau resmi jadi bini
aku jadi suami
bersama kita meneduhi

/2/
-Selasa, 17 Juni 2008

pagi,siang,senja,malam
semua waktu
seperti satu
masih saja akrab dengan terik

gerah
kita gerah sayang
aku gerah
dan kaupun begitu, aku yakin itu!

aku gerah :
sebab sekaleng susu yang kuteguk
tak sampai luluhkan dahagaku
kau gerah :
sebab sekaleng susu yang kubeli
tak sampai basahi tenggorokanmu

tapi berdua kita gerah
sebab satu pasrah
pasrah tunggu waktu
sampai alarm walimah berseru

/3/
-Rabu, 18 Juni 2008

pagipagi
pukul tujuh pagi
buruburu
kau pergi
naik mesin biru muda
keliling lintasi jalan raya
maaf sayang,
aku tak ada
tak bisa gandengi pagi
bersamamu

/4/
-Kamis, 19 Juni 2008

waktu tinggal menunggu
aku dan kau
mesti pisah sementara
kita istirah
kumpulkan semua lelah
lalu luluhkan
satu satu
tuk esok hari cerah

/5/
-Jumat, 20 Juni 2008

jam weker bunyi
alarm bangunkanku
alarm walimah yang kita
tunggu

Rabb,
kumpulkan seluruh siapku
satukan seluruh tekadku
jangan buat aku ragu

biarkan kuterima nikah serta
kawin calon istriku
dalam kalimat yang terucap
dalam kali waktu satu

12 Agustus, 2008

dua sajak,untuk ibu

/1/
di ujung telepon
ibu mengirim sebait doa
khawatir serta tanya
baikbaikkah
anaknya di kota sana?
dalam lelah nafasnya
sang anak hapus segala tanya
dari ibunda tercinta
dan berkata:
aku baikbaik saja
setidaknya masih mengenal
-udara-

/2/
pada akhir sebuah hari
kutulis sajak tentang ibu
ibu yang tak pernah lepas dari rindu,
rindu yang kisahnya selalu gandeng haru,
haru pencipta airmata yang meleleh di pipi ibu

pada ibu,
kutulis sajak tentang berbagai hari


sebelum terlelap, 13 Juli 2008

19 Juli, 2008

Pukul 23:51

-ibu

pada akhir sebuah hari
kutulis sajak tentang ibu
ibu yang tak pernah
lepas dari rindu
rindu yang kisahnya
selalu gandeng haru
haru pencipta airmata
yang meleleh di pipi ibu

pada seorang ibu
kutulis sajak
tentang berbagai hari

sebelum terlelap, 13 Juli 2008

Tentang Ibu-perihal sakit

di ujung telepon
ibu mengirim sebait doa
khawatir
serta tanya
baikbaikkah anaknya di sana?
dalam lelah nafasnya
sang anak hapus segala tanya
dari ibunda tercinta
dan berkata

aku baikbaik saja
setidaknya masih mengenal
udara

sebelum terlelap, 13 Juli 2008

17 Juli, 2008

Kerinduan pada Lelah Sunyi

:Ibu

sedang apakah engkau
pada lelah sunyi
yang tengah kuhadapi
malam ini?
bagaimana bodoh pertanyaanku
sedang engkau
mana pernah tahu lelah
yang kau tahu
-hanya rindu-
rindu padaku
-yang aku tahu-

terkadang aku pun begitu
bebunyian serta aroma masakan
dari dapur itu menjelma kerinduan
lelah sunyi pun detakan jam
juga begitu mampu menafsirkan
tangisku sebagai sebuah kerinduan

aku selalu ingin
-kau disampingku-
sebab aku tak pernah ingin
skenario mimpiku
perihal kematian
-jadi kenyataan-

aku tak mau kau jauh
biar kita tetap bersama berteduh

Kamar tidur, 11 Juli 2008

01 Juli, 2008

01:07

ah, malam. Mengapa slalu saja kau sisakan waktu untukku berpuisi? Sedang mataku kini mana mau terpejam lagi. Engkau sudah memaksanya menelusuri segala bait puisi. Sementara punggungku, enggan ia berjumpa dengan kasur dan bebantal yang sudah aku tata. Bukankah pernah kukata, jangan pernah engkau datang bersama sunyi, bintang pun candra. Sebab mereka hanya memaksaku nikmati sisa waktu.

Kamar tidur, 28 Juni 2008

00:50

TERASAKAH goresan tinta pena penyair, menggores di setiap lelap tidurmu? Penyair yang tak tidur hanya untuk menuliskan mimpi dalam kitab lelahmu. Sebab ia-lah burung hantu itu. Yang melihat malam dengan seksama. Menatap kelam dengan bijaksana.Dialah penyair yang menerjemahkan segala gundah dan gelisahmu menjadi tenang yang berarti. Maka ketika ayam menyatakan hari sudah pagi, penyair pun terbangun. Dan ia bukan lagi burung hantu, dialah si pipit penoreh bait bait pada shubuh. Penyair yang berusaha jadi jam wekermu lewat gema adzan sang muadzin. Bangunkanmu, agar kau tahu bahwa shubuh punya ketentraman tersendiri untuk menelusuri puisi puisi Ilahi. Yakinkanmu, bahwa sesungguhnya pada waktu itu gema adzan amat membahana. Namun mengapa masih saja engkau berselimut? Tidak khawatirkah engkau dihampiri maut?

Kamar tidur, 28 Juni 2008

Romansa Detak Jam Malam

tak..tak..tak
jarum jam ini hanya tahu berdetak
cuma mampu bicara saat sunyi
saat waktu menyisakan malam
dan manusia terlelap lelah bermimpi
tunggu alarm bunyi shubuh hari

tak..tak..tak
ini jam memang hanya kenal detak
sebab detik sudah makan
seluruh waktu datuk datuk sajak
lalu apa lagi hendak dikata
bila malam cuma kenal detakan jam

tak..tak..tak
uh, lagi lagi berdetak
sungguh tak mau aku ini bunyi
jadi dongeng pengantar tidurku
malam hanya bisa cipta sunyi
mengapa tadi tak bawa wajah merkuri?

tak..tak..tak
tik..tik..tik
detak berubah jadi detik
luaran langit sudah terik
ah, rindu aku pada detak
yang semalam memekik

Kamar Tidur, 28 Juni 2008

20 Juni, 2008

Mertesacker-ku


sebab dia adalah dirinya
yang berawal dari akhirnya musim
dan berakhir entah kapan nantinya
dia adalah dirinya
semanis ia ucapkan sapa
selihai jemarinya berkarya
semerdu sajaknya di ujung malam
sayang,
semoga sajak kita tak kenal akhir!

genki-net, 20 Juni 2008

pada satu maghrib

/1/
tempat pengungsianku
kali ini menampilkan
peran seorang tak waras
pergi dari satu bilik ke bilik lain
wajah memelas
penuh harap
aku kasihan, tapi aku
tak genggam uang

/2/
sedang jalan berbicara
dengan topik rongrong kendaraan
yang tiada henti
tak putus putus
meski dan walau adzan menggema
ini roda punya kita
jangan lagi kalian berkata

/3/
dan di satu ruang
tempat ku diungsikan
mesin mesin fotokopi
bunyi bunyi
seolah tak kenal sunyi
mereka cuma tahu
yang sudah ada

: sama seperti manusia!

Pinggir Jalan RPC, 12 Juni 2008

Kikisan Jatah

: Eko Putra

ini tanggal perlahan
tanggalkan
jatah hidupmu
jatahmu tuk berpuisi

jatahmu tuk nikmati hari
jatahmu tuk selami musi
pun jatah tuk revisi diri

:tanggal mereka!

Makassar, 19 Juni 2008
Pada milad sepercik air musi, Eko Putra.

15 Juni, 2008

Malam minggu di mata penyair baru

Ini malam punya remaja, punya kota yang berleha-leha.
Yang habis ditenggelamkan di pinggir garis pantai, ramai pasar malam, atau
di restoran warisan para jutawan. Penyair duduk di satu waktu, di malam minggu.
Duduk nikmati malam yang kelam oleh berjuta huruf yang mesti dirangkaikan.
Mungkin pula bersama hidung tersumbat pun serak serak tenggorokan.
Penyair punya tugas penting bagi malam beridentitas minggu ini. Yakni mencatat
sejauh mana kota memperbudak remaja dan seberapa hebat remaja menduduki kota.
Sebab demikianlah surat keputusan hidup seorang penyair. Yang dibuat sendiri dan
bila memungkinkan, maka akan dipatuhi sendiri. Dinyatakan bahwa penyair punya
banyak cinta, tapi tersimpan seluruhnya dalam kata. Hidup penyair berkasih puisi.
Setidaknya lebih baik daripada di kota kita tenggelam!

Malam Minggu, 14 Juni 2008

12 Juni, 2008

Miroslav Klose

mungkin dalam mimpi kita
hendak kukata
sayang,
cukup aku yang kejar
tempatmu berpijak
dan
jangan pernah melangkah
ke Indonesia!

Malam, 11 Juni 2008

Merindumu


: Miroslav Klose

adakah Alpen sampaikan rinduku padamu?
malam ini aku hendak bermimpi
tentang sebuah pertandingan
tentang suatu imajinasi
bisakah kita berjumpa
di peternakan yang hanya kita berdua
dan sejenak kau melupa
akan europass ataupun worthersee
sebentar saja
sebab aku ingin kau baca
puisi perdanaku untukmu

Malam, 11 Juni 2008

Ode Buat Kak Eko

maghrib melepas
perlahan muncul nafas
panjat panjat isya
di luaran
seorang pemuda hanya suara
terengah engah bawa
karung beras ke teras
masuk rumah beri wajah
lalu adzan isya menyuara
ia hendak tuju surau,
dan aku terperanjat
sebab baru lagi kulihat
di bilik ini
ada nyawa amat peka
atas panggilanNya

Malam, 11 Juni 2008
*Kak Eko itu adiknya calon kakak iparku:)

04 Juni, 2008

Horreee menang lagi....!!!


Kali ini, Lomba Penulisan Essay..
tapi cuma dapat Juara III
dalam kegiatan PENA 08 (Pentas Ilmiah 2008)
tanggal 17 Mei 2008
yang diadakan oleh Pers Mahasiswa (PersMa)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Judul essaynya.."Hiruk Pikuk Pilkada di Makassar"

27 Mei, 2008

MUSIM sudah hendak
pun angin beri izin
awan senyum berarak
dengan kau mereka menjalin!

SEMUA seolah bentangkan
permadani untukmu melangkah
mereka tak cegahmu
tak seperti diriku

:yang tiada pernah mau kau pergi


26 Mei, 2008

Sajak Tentang Indonesia dengan Bahasa Indonesia

Pada suatu musim
saat kembang merah putih berguguran,
seorang guru Bahasa Indonesia
menyuruh kami menciptakan sajak
tentang Indonesia dengan menggunakan
Bahasa Indonesia

Kami tak mematuhinya
Indonesia seharusnya adalah kata
yang tidak akan pernah berdiri dalam sajak kami
Kami tak menciptakan sajak yang guru pinta
karena kami tahu pada akhirnya
harus kami tulis juga kalimat salah seorang pujangga
yang berkata:
“Malu Aku Jadi Orang Indonesia”

Atas dasar paksaan
maka kami tulis juga sajak tentang Indonesia
yang lagi-lagi pakai Bahasa Indonesia

Ketika harga bahan bakar minyak dunia meninggi
maka pemerintah Indonesia pun turut menaikkan harga
tapi apakah pernah pemerintah menurunkan harga
tatkala harga minyak pasaran dunia merosot?

Di negeri ini,
Korupsi jadi mata kuliah wajib para pejabat
yang duduk di kursi-kursi pemerintahan selama berabad-abad
Berjuta program kerja dijanji-janjikan para kandidat saat kampanye
sayang sekali, hanyalah sekedar janji

Di negeri ini,
Uang memegang penuh kekuasaan,
Anak-anak tak perlu giat belajar hingga pintar
sebab kelak yang menentukan nilainya adalah
nominal dalam amplop yang diserahkannya
Pengendara bermotor tak perlu sibuk-sibuk mengurus segala surat izin
sebab kelak uang sepuluhribu mampu mengamankannya
dari segala bentuk penilangan

Di negeri ini,
Jabatan berubah menjadi makhluk yang dipuja-puja
para simpatisan pun jadi strategi tuk mendapatkannya
hingga bukan tak mungkin
bila yang salah dibenarkan, dan yang benar disalahkan
karena semua demi demi simpatisan, demi jabatan

Dan bukankah sudah kukatakan sebelumnya
kelak sajak ini kan berujung pada satu kalimat
Sebab sudah pula kukatakan
aku tak ingin kata Indonesia berdiri dalam sajak ini

Kawan,
sama pendapatku dengannya
dengan Taufiq Ismail, sang pujangga

Kawan,
“Malu Aku Jadi Orang Indonesia”

---------------------------------------------------

Makassar, 16 Mei 2008
Puisi ini diperlombakan dalam Lomba Cipta Baca Puisi
Pentas Ilmiah 2008-Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tapi...sayang.."gak menang..hiks"

24 Mei, 2008

Yeah!!




^_^

Juara I Lomba Scrabble
Athirah Funtastic Competition
Mei 2008

Pukul 02:35 / 5 Mei 2008

Aku terjaga. Bagaimana mungkin mampu kudekap erat bebantal empuk, sedang tak dapat kupejam mata ini. Kakak-kakak, Ayah juga Ibu yang tengah bermain di taman mimpi, tidaklah lagi dengar kisah kisah malam. Termasuk kisah bengalku yang tinggal membodohi diri dengan mendaki. Daki jejak. Tapi aku selalu ingin terbahak sendiri, karena tak henti mendaki jejak langkah memori. Walau kadang jejak jejak itu hanya bisa buatku mati dan tertusuk sedih juga piluku sendiri. Bukankah itu yang kan terjadi? Aku tak pernah tahu dan sesungguhnya tak ingin tahu apa yang terjadi dengan pekerja dalam tubuhku. Aku tak peduli dengan apa yang dikatakan adik kelasku, tentang racun itu. Sama sekali tak peduli. Hal demikian hanyalah cita-cita seorang penyair pemula untuk menyamakan dirinya dengan segala penyair dahulu kala, termasuk aku mungkin pula adik kelasku. Seperti sajak yang kucipta berjudul Penyair Pesakit, yang hanyalah sebuah obsesi besar remaja bengal pelajar penyair sepertiku.

Pukul 02:00 (Daki Jejak)

kendaraan merongrong singkap sunyi

denting jangkrik tak putus putus

dan sahut sahut lain

buatku bertanya :

ini malam atau pagikah?

sambil terus kucoba daki

tapak demi tapak melodi

kukembali kunjungi jejak memori

namun hanya berakhir tanya:

tuk apa kubaca semua ini?

malam mulai rubah diri

film misteri pun lembaran kisah ngeri

di sini ada pagi

jemputku ramah beserta panggilan Ilahi

lagi lagi buatku bingung sendiri

pukul dua,

telah lama ku tak tinggal

tahan lelap tuk tetap terjaga

tapi sungguh ini tuk apa?

aku hanya bisa mati, atas jejak kudaki.

malam atau pagikah? 5 Mei 2008

06 Mei, 2008

Diskusi Bareng Riri Riza @ Gedung PKP UNHAS




Hanya Bisa Bicara

musim ini banyak nyawa nyawa
ramai bicara hal sama
global warming katanya

kanak kanak
tak ada yang mengerti
di tempatnya memang tak ada
ilmu tentangnya

murid sekolah dasar
belum sanggup cerna
harap maklum di tempatnya
hanya tiga tahun dibahas
padahal ini tentang kedepannya

siswa sekolah menengah pertama
pun demikian adanya

siswa sekolah menengah atas
lebih parah lagi
cukup setahun hal ini diungkap
beruntung para penganut ilmu sosial
tiga tahun kan bersamanya

musim ini banyak nyawa nyawa
hanya mampu bicara
miskin implementasinya

di kantor kantor
para berdasi hidup berAC
kusarankan pada arsitek
cipta saja jendela banyak banyak

di jalan jalan
asap asap kendaraan
jadi polusi paling menyakitkan
kusarankan pada pengemudinya
jalan saja atau naiklah sepeda

musim ini banyak nyawa nyawa
berbondong bondong pergi rapat
jauh jauh ke Bali
bicarakan global warming katanya

tapi pejabat dan para orang hebat
memang demikian adanya
hanya bisa bicara

Pagi, 3 Mei 2008

Pendidikan Negeri ini, belum matang!

sekolah zamanku begini :
lonceng atau bel listrik slalu dusta
pada waktu waktunya
buku buku berubah jadi uang
yang penjualannya adalah bisnis besar
pegawai tata usaha duduki tempat tertinggi
sebagai makhluk penyusah siswa siswi
pengajar sudah kekurangan bahan ajar
di kelas hanya tinggal bersandiwara
pakai peran peran wibawa
pelajar tak bisa apa apa
di bilik bilik kelas hanya bisa
datang duduk diam
pihak komite tak henti naikkan tarif
padahal program kerjanya
hanya termaktub dalam kitab rencana
susah rasanya direalisasikan

jangan sekolah di zaman ini
sebab kelak kau kan dihidupkan kembali
jadi mereka mereka
yang hanya tancap nama

sekolah zamanku
sekolah zaman sekarang
adalah salah satu
ciri pendidikan negara kita
yang belum matang!

Pagi, 3 Mei 2008

29 April, 2008

Bila Kau Pergi

:Kak Diyah

/1/
oiy paruparu kananku
pulang cepat!
tak dapat kulanjut langkahku,tanpamu!
hendak kau berlama
kan lihat aku di kota ini
jadi mayat...

/2/
sujudku di shubuh ini
harap jadi nadiah pada hari
dan beri hikmah setiap
langkah kaki...

(usai shalat shubuh, 28 April 2008)

Tentang Kesakitan Penyair

penyair pesakit
sudah jadi aturan
hendak kukira suatu tumbal
atas rahasia kata
punya kita kita

(kamarku, 26 April 2008)

Teori Puisi Penyair

lakilaki banyak jadi penyair
perempuan tinggal jadi puisi
penyair selalu tak puas
pada puisi yang ia cipta
namun puisi selalu bersyukur
tlah diciptakan penyair
maka kukata
teori ini betapa nyata!

(kamarku, 25 April 2008)

22 April, 2008

pengantar menuju sakura

: Rezki Meidiono

masih kukenang. suatu masa sebelum pelajaran melupakan Indonesia dimulai.
ada lingkaran mengkilap, kuberi untukmu sekeping. kelas kita kusimpan di tempat itu.
dan kubangun gandanya padamu. sekiranya kau rindu banyu muka negerimu,
yang besarkanmu. maka putar kembali, piringan kecil yang bawa satu senyum juga
harapku. kelak sebulan atau semusim kemudian, kan langka ia. amat langka.
bahkan melebihi segala negeri sakura.

(22 April 2008)

lukisan dan sajak

: Penggila Jabatan

penggila jabatan melukis sendiri
wajahwajah abdinya pada rakyat jelata
dan cipta sajak tentang dirinya
untuk yakinkan kita

"inilah pemimpin masa depan, peduli rakyat,
lawan kemiskinan!"

lukisan pun sajak dipagari pigura kayu
ditanam di tanahtanah jalan
berdiri tegak seolah angin tak mampu sapu
kita terus lihat berbulan-bulan
kadang hati pula terketuk

"itu bukan lukisan atau sajak, tapi sampah
dari para tak bijak!"

kita hanya rakyat tak punya hak
bila ditebang, ada aparat aparat
siap tabur ancaman bahkan hukuman

penggila jabatan bagi rakyat
tak lebih dari dedaunan kering yang sampah
namun sedikitpun hingga lelah
tiada pernah berdaya rakyat jamah

(Kelas XI IPA A, 21 April 2008)

andalas-celebes


: sahabat baru, Eko.

ini bukan salahmu
mungkin katakata lelah
jalan berlangkahlangkah
aku tau kau pun paham
andalas-celebes bukan
perjalanan mudah
tapi baiklah kita menyerah
biarkan katakata singgah
dahulu pada malam
layaknya kita singgah
pada resah

(sebelum terlelap,19 April 2008)

yang hilang

sehari sudah tak wajar
bila candra tak menulis malam
sebab kunangkunang merindu
hendak tuntaskan ribuan cahaya
pada sepasang mata sayu
yang sembunyi lalu hilang
tinggal harapan kekal dikenang

(sesaat sebelum terlelap, 20 April 2008)

17 April, 2008

Sahabat Penyair

foto saat selesai mengikuti seminar revolusi belajar
yang diadakan oleh bimbingan belajar Ganesha Operation
Minggu, 13 April 2008

Tiga Hal

:aL

cintaku bukan engkau, cintaku adalah Allah
sayangku bukan dirimu, sayangku adalah ibu
dan kau adalah
:puisiku!

170408

lagi-lagi untuk dia, makhluk yang tak jelas.
hahaha

Ketika Penyair Belajar Tentang Cinta

:aL

sajak ini tak mengenal kata cinta
entah di mana tersisip
atau mungkin sengaja tak dicetak
karena cinta bukan tulisan, bukan lisan

cinta bukan kata yang baik
dan sajak ini terlalu usang karenanya
masih banyak kata lain
dan sajak ini disarankan memakainya

penyair baru belajar tentang cinta
namun ia gagal, ia dipenggal
ia tak lulus ujian akan cinta
cinta terlalu sulit, bahkan untuk seorang penyair

sajak tak mampu bahas tentang cinta
sama dengan namamu yang tak pernah terbahas
kelak penyair belajar lagi
dan menaruh satu namamu

dalam sajak tentang pembelajaran cinta

170408
al itu siapa yah??
saya juga nggak kenal..suka aja dengan nama itu..hahaha

Kapan Kita Pulang Ayah?

malam sudah perjelas wujud
ia lelah atas sapaan lembut angin
hendak berkata betapa dingin
tapi kendaraanmu jelas tak ada maksud
hendak ke mana, aku pun tak tahu
kapan kita pulang Ayah?
aku rindu rumah
aku ingin melepas lelah

160408
ini puisi ketika aku jalan-jalan sama Ayah, malam Kamis..
diajak jalan-jalan padahal aku lagi ngantukk...huu

10 April, 2008

Sajak Saat Sakit

batuk ini milik ayah
ibu dapat jatah
menjaga tanpa lelah

saat sakit memang
begini aturannya
aku terlelap tenang
ayah ibu dapat sibuknya

kelak sembuh tiba
ibu tak temukan jejakku
ayah tak mampu
kejar langkahku

110408

09 April, 2008

Sayang adik...sayang adik....


Tutut, dek Ary n dek Icha
Sayang adiiiikkk...
(adik sepupunya teman..hehehe)

Jelang Deadline!

~ Tulisan lomba untukmu guruku (gimana mau diposting, selesai ditulis aja belum....hiks..)
~ Desain nokia 2600 (huaaaa...udah mau didesain...ehh.formulirnya malah hilang...hiks..)
~ Karya Tulis Ilmiah (belum ke Polresta Makassar Timur untuk meneliti.surat izinnya belum jadi!)
~ Tugas review blog dari angingmammiri
~ Mading ITC
~ Naskah lomba cerita islami...(masih lama seehh batas pengirimannya.hehe)

02 April, 2008

^_^

"Kampanye Calon Wali-kota mana saja"
bersedia ditempatkan di mana saja..

dia

dia memang baik

aku lihat jelas pada setiap garis warna pelangi

yang dia lukis sendiri di lembaran hari

kemudian coba melupa warna-warnanya

mungkin terkadang dia hendak menentang

tangan atau kaki yang kembali ingat

bahwa suatu masa ia telah berbuat banyak

namun dia tetaplah dia

tak ada yang tahu siapa dia, ke mana dia sekarang

atau di mana ia menandatangani tubuhnya

kepada sebuah perjanjian sederhana

:Terlelap!

Makassar, 010408

26 Maret, 2008

menit ke 12 hari ini

tidurlah segera
jemput mimpi sana!
jangan sadar, bagus kau tak sadar!
tanya aku, ini sudah pukul apa?
jangan katakan berapa, sebab tadi
aku menyuruhmu tuk jangan sadar!

sudah masuk hari baru
menit ke duabelas hendak memanjat
dan sekarang masuk menit limabelas
hah??!kau terperanjat!
waktu cepat sekali berjalan;berlari!
bukan waktu yang cepat, tapi kau
yang telat, otakmu yang terlambat

sana cepat!
tiba saat kau pikat, sgala mimpi
sgala sepi

26 Maret 2008

sebuah tanya jawab tak penting

/1/
ketika kau atau sejuta mereka yang hidup
di belakang kau, memberanikan diri bertanya
hal tiada penting padaku pun kepada sejuta
mereka yang berjalan tegak di belakangku
"apa yang kau sukai dalam hidupmu?"
sudah kuterka, kau slalu tujukan segala
yang menurutku dan sejuta mereka tiada penting
tanyamu sama persis dengan lontaran tanya
dari sejuta mereka

/2/
aku coba menjawab disertai tawa paling kerasku
yang tertinggal dalam kerongkongan
"aku suka jika mereka suka puisiku"
kali ini aku bingung sendiri atas mereka yang
kumaksud dalam kalimatku, entah siapa
dan sungguh!kalimat itu bukan ciptaanku
aku hanya menjiplaknya dengan tangan kaku
wajah malu dan senyum bisu

/3/
sebab ternyata
pertanyaan tiada pentingmu
sudah menjadikanku merasa tak penting
tuk menaruh jawaban atasnya

25 Maret 2008

kata baru saja dilahirkan

rahim lahirkan kata lagi, setelah
cukup sewulan dikandung
sama dengan ibu yang urung
keluar rumah karena langit mendung
sembunyi di balik selubung-selubung
dan suatu waktu hadir di luar
tuk jemput terik mentari
yang mengintip dari celah gunung

kata baru saja dilahirkan, beberapa
detik sebelum hampir ditinggalkan
sebab pemiliknya seperti sudah jenuh
bermain dengannya, bersamanya
tapi kata, ah kali ini mereka mulai
punya senjata

rahim lahirkan lagi kata
yang ia sendiri pun menyimpan rahim
tuk tak henti lahirkan kata lagi

25 Maret 2008

01 Maret, 2008

maybe i'm unlucky now...

kalah lagi...
atau emang belum saatnya untuk menang?
entahlah,
yang jelas pada lomba baca puisi di UNHAS beberapa hari yang lalu..
saya masih "belum menang or kalah"
hehehe

sepertinya untuk beberapa hari ke depan..
saya belum bisa menerima job lomba lagi...
sekarang penyair mesti konsentrasi ma pelajaran skul..
tanggal 10 Maret udah ujian mid semester.

mesti giat belajar neh, hhh...
dan yahh sudah sepantasnya juga penyair "mengasingkan diri"
dari segala hal yang dapat "mengganggu" kinerja otak penyair..

tidak ada lagi puisi untuk musim ini,
tidak ada lagi tawa ataupun senyum,
tidak ada lagi yang dulu aku dan kau inginkan ada di sini...

penyair hanya ingin kuat untuk saat ini,
kuat menghadapi segalanya...
menghadapi kimia,matematika,fisika...
penyair harus bisa "bertahan"...
dari segalanya...apa dan "siapa pun" itu...

bukankah "pelajaran" yang semestinya membuatku kuat untuk bertahan?
yah..pelajaran...

24 Februari, 2008

Support Me!!

ass.wr.wb....
Achtung!achtung...!!:D

Penyair cuma maw biLang...besok tuwh.
Tepatnya tanggal 26 Februari 2008...
penyair ikutan LOMBA BACA PUISI tingkat SMA se-Sulsel..
bertempat di Aula Mattulada Sastra Indonesia UNHAS

So, doain yah..
moga penyair bisa menang..;;)

23 Februari, 2008

Ayah Seorang Pelaut


ayah tak tinggal bersama kami
sebab ia punya rumah bahari
berganti detik, berganti pula pijakan kaki
berganti menit, maka daratannya
sudah lain lagi
peluhnya tumpah seluruh
di tengah lautan yang ombaknya bergemuruh
tapi, ayah kerja untukku
kakak, adik, juga ibu
supaya keluarga bisa beli ini itu
setahun berlabuh, tentu kan pulang jua
bawa percik ombak untuk kita
tiada juga tak apa
bukankah bersamanya yang utama?

230208

(buat adikz Melda, wiiihhh..kakakz ndak nyangka kamu nangis karena puisi ini..kangen sama bapak ya dikz??)

may be DAS just unlucky now..


langkah sudah jauh
semestinya lebih jauh lagi
dan tak rapuh
seperti tulang nenek, tak punya gigi

impian sudah kau taruh di sini
lalu dengan semangat terpatri
kau coba raihnya sendiri
melalui tangga-tangga hari

tapi keputusan, itu urusan Illahi
bila kau kini berhenti
tak berarti langkah pula terhenti
gapai lagi impian nanti

230208

(special buat sahabatku,Daswita..yang tidak lolos Regional Final of IFS..ganbatte das!next time Qta ke USA..ok??!)

Kita

kita adalah nyawa
yang pagi sekolah, malam istirah
tinggal berteduh di rumah sewa
siang mengisi perut, dengan makan terserah

kita adalah yang sederhana
punya pola hidup biasa saja
belajar untuk jadi sarjana
dengan semangat laksana baja

kita adalah pejuang
yang berperang melawan soal
dari pagi-masuk,hingga siang-pulang
kerja setumpuk tugas,lalu perut kita mual

kita ingin berlari
kejar impian sendiri
kemudian pergi dari jenuh sehari
dan kembali lagi, wajah sudah berseri

230208

21 Februari, 2008

Pembuatan BuLeTin JENIUS...


Lagiy sibug di kantor redaksinya jenius...
hahahaha(kantor sementara, nieh sebenarnya rumah temenKuw..anak humasnya jenius)
Cover yang udah jadi---------->>

Penyair Sedang Sibuk...!!!

penyair sekarang giy sibuk bangedddd!!!!
giy capek, tired, kelelahan...n terserah deh apa namanya#:-S
huuuufff, dah gag punya banyak waktu buat istirahat...
huuufff..ngantuuuuukk(:|

buaaanyaaakk banget tugas skul!
buanyak banget urusan ekskul....buanyak banget yg mesti diselesaikan#-o

blog jadi jarang di urus...postingan udah gag update lagi...e-mail gag sempat dibaca..
de el el..

....

minggu depan penyair ada schedule lomba lagiii...
minggu depan ada buanyak tugas skul lageeee...
huuuufff...doain moga cepat selesai semua urusannya yahhh

...

doain juga moga penyair bisa menangin lombanya...key!!!


12 Februari, 2008

..........

melirik pada suatu bilik
yang rumah dahulunya adalah terik
membakar semua dengan membidik
tak izinkan sela pun, walau sedetik

kalau seperti ini, aku juga bawa badik
tapi di kepala tak ada mimpi mencabik
kau tahu kan, aku masih baik
tak ingin lagi hantam saat ia berbalik

090208
puisi aneh..seperti sedang ingin membunuh saja...

07 Februari, 2008

sajak untuk peri

berita ini baru kudengar
dari pengeras suara masjid
meski sebelumnya, entah hari apa itu
kulihat kembali lembaran kain putih
berkibar di muka lorong rumahmu

lembaran kain putih yang berkibar
beberapa langkah setelah kepergian Soeharto
membuat banyak sedih kupikul
membuat jiwaku terpukul
sungguh!

tak cukup lama aku mengenalmu
membaca sepercik kisah hidup
raga mungil dengan sakit
yang guncang tubuhnya
peri kecil dengan senyum abadinya

dari apa yang kupelajari
aku yakin surga tempatmu kini
sudah, biar aku usap air mata ini
ceritakanlah padaku, aku ingin dengar
nyanyian bibir polosmu

ceritakan padaku
tentang keadaanmu, pun tentang surga
ceritakan semuanya
lewat mimpi-mimpi yang mengusap
seluruh waktu tidurku

020208 (untuk seorang anak kecil yang telah pergi...)

aku belum tahu judulnya....

akhir-akhir ini aku sering mimpi aneh
tentang penyakit-penyakit yang sebenarnya
tak pernah singgah di ruang tubuhku
mimpi jika kelak mereka menghampiriku

gagal ginjal, mimpi aneh perdanaku
hanya mimpi singkat, mimpi untuk memilih
hidup dihantui cuci darah, atau langsung saja mati
dan juga mimpi untuk membuktikan, melihat sendiri
kawan mana yang rela hilang sebelah ginjalnya
demi kelanjutan hidupku nantinya

disusul kemudian, mimpi tentang kebutaan
hanya mimpi kilat, mimpi untuk tangis haru
sama dengan bait sebelumnya
tujuannya untuk membuktikan
teman mana yang rela menyumbang warna-warni
demi terang untukku menatap lagi semuanya

ataupun mimpi tentang sakit apa saja
semuanya sama,
sama kilatnya, sama singkatnya
aku ingin membuktikan raga mana
yang rela berkawan dengan kami

siapa saja,
tanpa melihat cerita!

7 Feb 2008
pada suatu dini hari yang sunyi...
tolong kirimkan padaku judul yang bagus untuk puisi ini, kirim lewat comment ya!

05 Februari, 2008

Kyong, Kawanku

kyong seperti keong
tapi kyong suka ngomong
kadang juga berbohong
tapi kyong tidak sombong
nanti kalau sudah tua, dia ompong
pasti dia jadi malas ngomong
ah, kyong
dia benar-benar mirip keong
tak seperti kucing, yang suka mengeong

5 Februari 2008
sajak ini saya tulis buat teman sebangku saya, namanya kyong.
tadi, dia meminta saya membuat puisi yang semua kalimatnya
berakhiran "ong"...hehe

Sajak Lima Februari

aku kabur dari mimpi
pada suatu sunyi yang malam mungkin
mengajak sepasang mata sendiri
menatap ke mana jejarum jam dibawa angin
diri baru sadar telah berganti hari

hari ini, usia tambah lagi
hari ini, kesempatan hidup
mulai berkurang lagi
ah, kenapa mesti bahagia di saat seperti ini?
dan kenapa mesti ucap selamat,
pada kematian yang semakin dekati diri?

5 Februari 2008
Pada miladku yang ke tujuhbelas...

Hujan

ini hujan datang dari mana
slalu saja bawa riuh-riuh
dengan jenis irama
tak dapat diterka

ini hujan menuju ke mana
slalu saja memanjat langit
dan tinggalkan jejakjejak
pulau air yang kelak

kaki kita injak

040208
Dibuat ditengah gaduhnya kelasku...

30 Januari, 2008

Tentang Pelajar di Sekolah Penyair (semacam biodata)


"akhir-akhir ini banyak tamu sekolah penyair yang tak mengenal siapa satu-satunya pelajar yang menganyam ilmu merangkai katanya di tempat ini, satu-satunya pelajar yang menjadi pelajar, guru, sekaligus sekolahnya sendiri...
siapakah dia sebenarnya??"
berikut sekilas informasi mengenai dirinya...

Nama lengkapnya adalah Andy Hardiyanti Hastuti, mungkin ini nama yang cukup panjang membentang, namun kalian boleh menyapanya dengan nama Tutut. Untuk lebih singkat lagi, cukup panggil 22t (sesungguhnya cara bacanya juga sama, yakni Tutut!)

Ia dilahirkan di RS.Dharma Husada Kota Denpasar-Bali, sebuah kota yang sungguh belum begitu ia kenal baik. Kota yang hanya menjadi tempat kelahirannya saja. Setelah itu, hingga kini, ia tak pernah lagi menginjakkan kaki di Pulau Dewata tersebut.
Ah,sampai lupa...ia dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1991, dan sebentar lagi ia akan menemui usianya yang paling menderu! begitu menurut orang-orang terdahulu...

Saat ini, selain menganyam pendidikan di sekolah penyair, sang pelajar juga tengah menempuh masa-masa paling memuakkan sekaligus paling berarti dalam catatan hidupnya, ia duduk di kelas unggulan untuk jenjang XI program IPA di salah satu sekolah yang mengatakan dirinya "ternama" di tingkat nasional, bahkan internasional...oh ya?dia sendiri mengaku tidak seperti itu.
Ya sudahlah, serahkan saja julukan itu bagi pejabat sekolahnya. Yang pasti, menurutnya, ia lebih bangga bersekolah di Sekolah Penyair ini...

Dalam keluarganya, ia adalah bab penutup alias anak terakhir. Anak terakhir dari lima bersaudara, semuanya perempuan! Kakak ke-tiganya telah dipanggil Allah.SWT, jauh sebelum ia menemui dunia. Ia belum pernah menatap langsung wajah saudaranya yang meninggal dunia akibat penyakit jantung itu...

Aku pikir, untuk saat ini.. itu sudah lebih dari cukup.
Suatu saat aku akan menuliskan lagi segalanya tentang dia.
Pelajar di sekolah penyair yang sekaligus adalah guru, sekolah, serta penulis biodata ini...

30 Januari 2008

Protes Kami (dari penghuni XI IPA A untuk pejabat sekolah...)

bilik tempat kami menganyam ilmu
sudah tertutup kabut tebal dari asap-asap
rokok hisapan paling nikmat sang guru
suasananya pun tak pantas, karena pengap
celoteh-celoteh pengeras suara jadi bisu
sebab ini kami, raga-raga yang disekap
kami belajar untuk menghajar debu
kami belajar untuk menghajar senyap!

250108

untuk kata-kata

kata-kata, berjanjilah
temui aku saat senja
di sana, di pematang sawah
tak lama-sebentar saja

kata-kata, berjanjilah
dampingi aku selamanya
di sini, di dunia penuh salah
pun dalam nirwana nantinya

kata-kata, pergilah
sekarang kita berpisah
tak ada perjanjian sah
aku juga sudah pasrah

aku banyak salah!
dan maaf, mungkinkah?

250108

27 Januari, 2008

sajak duapuluh tujuh januari

sepulang dari toko kembang, aku baru sadar
membeli berlebih
bukankah tadi hanya satu yang kuingin?
tapi mengapa kini, dua kugenggam?
merah ceria dan satunya putih, seperti
bendera tanda kematian

"mengapa? hatiku terus menyuarakan tanya"

hari ini, bunda merayakan miladnya
yang ke lima puluh dua
nun jauh di bagian barat nusa tenggara
dan kembang merah indah, kubeli untuknya
sebagai rasa sayang serta cinta

"lalu satu lagi? yang putih ini,untuk siapa?"

akhirnya, mata menjawab tanya
seperti apa yang tampak di layar kaca
tepat saat tingginya sang surya
pukul empat belas lewat sepuluh di sini
dan pukul tiga belas lewat sepuluh di sana
ada apa sebenarnya?

tangan lebih patuh ternyata
kepada ilahi, sang penguasa takdir
dan kembang putih ini sengaja dibeli
tapi jangan kalian anggap putih sebagai
pertanda sedih, atau bendera kematian

meski benar-benar ada yang kini tiada lagi
ayahanda kita Soeharto
kembali ke pangkuanNya, pangkuan ilahi
jangan lagi bersedih, aku tahu ini amat pedih
Soeharto ingin beristirahat abadi

"apakah kita tega mengusiknya dengan pecahan tangis?"

sepulang dari toko kembang, kutuju
toko kartu ucapan
ah, lagi-lagi...aku kelebihan membeli
dua lembar kartu ucapan, dipeluk lima jari
satu untuk bunda, bertuliskan:

"Selamat Ulang Tahun Bunda, Selamat Hari Cinta!"

satunya lagi untuk Soeharto, bertuliskan:

"Selamat Jalan Ayahanda, Selamat Kembali Ke PangkuanNya!
titipkan salam cintaku padaNya, katakan...tak lama lagi aku ingin ke sana.. "

dan beberapa waktu setelahnya
kubaca lagi sajak ini
wah??cukup panjang rupanya....

27 Januari 2008

24 Januari, 2008

Pertama Untukmu

karena mereka yang banyak cerita
dan mengharap rajutan kata-kata
buatku jadi melupa
pada sebelah rusukku tercinta

mungkinkah syair kali ini untuknya?
atau kembali tertuju pada mereka?
yang terus mengharap
dan mengharap, hingga lelap

tidak, tidak..
yang pertama untukmu
syairku ini untukmu
bukan untuknya, bukan untuk mereka

sungguh, ini untukmu kucipta
ini karya tiba-tiba
namun tetap tulus
yakinlah, bukan karena iba

:puisi pertama dariku, untukmu!

25 Januari 2008
Untuk kakakQ, Diyah..yang selalu mencipta cinta!

22 Januari, 2008

Empat Bagaimana Dalam Sajak

bagaimana aku merekam lukisan langit
pada suatu episode malam
ketika bulan terperangkap kesendirian
tiada noktah-noktah cemerlang bintang

bagaimana aku membawa lukisan langit
dalam setiap bab mimpi
serupa pementasan drama paling abadi
indahnya seperti susah pergi dari lelap

bagaimana aku memberi lukisan langit
untuk semua tapak yang kucintai
pemberi warna-warna amat cahaya
dengan lelah tak kunjung kutemui

bagaimana aku mengajaknya ke taman langit
sedang di setiap malam
atau pada pagi yang terik pun
dia tak ada di sini menemani

hanya doa terus mengiringi
mungkin belum cukup membalas semua

:ibu, cinta dan sayangnya
tak henti-henti...

22 Januari 2008

18 Januari, 2008

Sajak Singkat Tuk Ibu

aku masih bersemayam di sini
merindukan sosok ibu
bersama tangis
yang enggan terhenti

kupejamkan mata
gelap tanpa pelita
bersama doa
kuberharap padaNya

:peliharalah ibu,
serta cinta yang ia punya

28 November 2008
I miss u mom...

Pergi

hari ini
sebelum kumendengar
tangis hujan
aku sudah lebih dulu menangis

hari ini
seperti tahun yang lalu
ibuku pergi
dalam keadaanku
yang belum cukup tegar berdiri

hari ini
akankah lagi terdengar janji
bahwa ibu kan kembali?

28 November 2007
Hikssss...i miss u mom..

Kematian Mungkin Menunggu

akankah malaikat maut mau menunggu
paling tidak biarkan februari berlalu
bersama pijakan usiaku yang baru
usia paling menderu !

karena begitu banyak sakit
yang masuk di segenap ruang ragaku
begitu banyak debu-debu darah
yang mengalir di area sempit hatiku

tunggu sampai beberapa hari
usai deruan usia ini
lalu tak dapat kupendam sakit
yang amat merindu

segera pada saat itu
:aku layu, terbaring kaku!

150108
Puisi yang aneh menurutku, hehehe^_^

16 Januari, 2008

Snitch Seeker


SNITCH SEEKER..

d different team!!!
hehehehe^_^

kiri ke kanan..
k'amar, Me!, daz, nachan, irma, n sam..

nb:
kurang 1 org..
coz mwx jadi fotografer aja katax..
namax dwi..hehe

Sajak Untuk Sang Pujangga

sepucuk pesan tertinggal
padahal merpati baru saja pergi
dengan kepakan sayap pemecah sepi
di kota ini, ingin kupenggal
tangan-tanganku yang melupa
serahkan ucapan pada harinya
tinggalkan dua langkah hari
sebelum sempat kukirim warna peri
lalu untuk khilaf diri
kuberi hasil ukiran jari
sebuah puisi, dengan kata-kata
sederhana
bagi seorang pujangga
yang juga sederhana
selamat ulang tahun, sang pujangga!
selamat melahirkan sajak usia!

:M.Aan Mansyur

160108
maaf kak...puisinya telat, sama seperti ucapannya..
yang juga telat..hehe

14 Januari, 2008

Pada Saat

pada saat sekarang
pada saat pergi terang
pada saat mendung datang

pada saat itu pun,
ingin kubuang bayang-bayang

lalu di sini,
aku tenang

150108

Karena Ibu dan Islamku

ada satu benteng pemisah kita
menyusup di segala ruang cinta
cinta yang terlanjur kupelihara
untukumu, hanya untukmu

maka kini hendak kubertanya
padamu dan seluruh bilik rindu
harus aku ke mana?
sungguh, ingin kuhancurkan benteng itu

hingga cinta tetap ada selamanya
hingga yang dua menjelma satu
tapi maaf, ternyata aku masih punya nyawa
selamat tinggal, cintaku lebih pada ibu

:juga pada benteng pemisah kita,
Islam, tak akan kutinggalkan...selamanya!

150108

untuk kawanku...yg namanya tidak ingin disebutkan..!
ini puisi pesananmu.. bagus ndak??
bagaimana? apakah kau sudah "putus" padanya yg berbeda agama?

10 Januari, 2008

Buku Hitam Itu.. (Namamu DIM?)

hai salam kenal
selamat datang
di pengungsianku,
dim!

mulai detik ini
jejak langkahku
nafasku yang mendesah
semua kan terukir indah

:di tiap lembaranmu,
dim!

110108

Sepercik Protes Anak Kecil

berkunjunglah
di tempatku belajar
menulis kata-kata
semoga kau temukan makna

sebab tak mungkin
kalian bertandang di rumahku
di sana banyak buku-buku
yang memanjat di puncak-puncak

menyelamatkan diri masing-masing
dari ancaman air yang meninggi
kiriman pemerintah dan pejabat tinggi
yang tak tahu diri

membangun segalanya
merevitalisasi yang ada
mencipta yang tak seharusnya
merusak keinginan warganya

dan tunggu lagi
apa rencana raja kita
selanjutnya...
semoga saja ada manfaatnya..

:bagi kita

yang walau masih kecil
turut merasa akibatnya!

(090108)

Para Pemilik Bibir Kelabu (perokok...^_^)

entah mengapa
aku tak pernah suka
pada pemilik bibir kelabu
yang jumlahnya di negeriku
lebih banyak dari debu

kepulan asap selalu
menjadi persembahan istimewa
untuk kita,para penontonnya
nikmat yang tak ternilai bagi mereka
dan sakit pula yang tak ternilai bagi kita!

pada saat yang sama
hati,jantung,dan paru-paruku
pun senantiasa bermunajat
"Ya Allah..tunjukkanlah jalan bagi mereka,
tuk sesegera mungkin keluar dari kesiasiaan itu..."

Amin...
(090108)

Puisi

kau tak tahu,bukan?
saat sebuah puisi
kau pinta,
aku menulisnya lebih, untukmu!

maka,
jangan lagi
suarakan pinta itu
karena aku selalu berpuisi

dengan hati
dengan sanubari
dengan simfoni
tidak dengan paksaan diri!
(090108)

Buku Hitam itu.. (jaga dengan hidupmu!)

belum usai terik
memancarkan cinta
pada pakaian-pakaian ibu
yang belakangan ini
tak kunjung kering

buku hitam itu
melangkah pada telapak mungil
yang kemudian menggenggamnya
dengan sangat gembira
setelah mengucap selamat tinggal
pada yang lama

jaga dengan hidupmu
demikian yang lama berpesan
tak sempat kuberkata
sesuatu di dalam tubuhku bersahut..
tentu..!

:buku hitam itu
bahkan akan lebih lama dari hidupku!
(090108)

Buku Hitam itu..(masih kosong..)

lembar-lembar berparas polos
kumpul jadi satu
dalam selimut kulit gelap
yang melindunginya dari tangis langit

beberapa episode kutinggal
mereka sendiri,sepi..
belum juga berpenghuni
tak ada goresan pena, sunyi!

hanya kebingungan yang sarat
menimpanya
sebab aku masih lugu
mungkin pena bulu...

:mau menghampiriku
(090108)

Wajah

berpalinglah
paling tidak semusim
dari sinar-sinar
perusak mata indahmu

tidurlah
paling tidak sejenak
agar engkau lupa
pada layar-layar datar itu

wajah,
istirahatlah..
sepersekian detik saja..
untuk esokmu yang panjang!

(090108)

Puisi Untuk Ibu

deringan telepon malam itu
datang dari pulang seberang
memisahkan diriku pada satu
terang dalam gelap hidupku

dan apa?
ujung kabel telepon menyuarakannya
suara yang paling rindu menurutku
suara ibu..

dengan pelan terucap juga
permintaan puisi darinya
ibu memintaku
menulis beribu puisi untuknya

tentu ibu..
tahukah engkau?
bahwa selepas shalat shalatku
selalu kucipta puisi lewat tanganku
yang menengadah..

memohon dengan pinta yang sangat
pada Maha Kuasa
berharap kelak
puisi puisiku menjadi nyata,ibu!

080108

Kita Sahabat!

kau meletakkan
sebelah sayapmu untukku
agar kita bergandengan
tuk dapat terbang

melukis nama kita
pada kanvas langit
berselaput bianglala
bertaburan bintang

menjaganya bersama
dari terik yang menyilaukan
melindunginya berdua
dari tangisan hujan yang membasahi

dan begitulah sahabat
saling memiliki
saling mencintai
selamanya

dan seterusnya!
kita sahabat..!

161207

06 Januari, 2008

Sajak (2)

sajak selalu ada
setelah kita bangkit
dari sujud
dalam shalat shalat

sajak selalu ada
dalam hati
walau tak pernah
kita ucap

bahkan seorang pujangga
pernah berkata
tangisan seorang bayi
adalah sajaknya yang pertama

:karya pertama dari mereka!

05 Januari, 2008

Sajak (1)

tak pernah terukir
sajak sajak ini
kecuali karena cambuk
dari apa yang kau tulis

dengan pena
lalu kutemukan nyawa,
warna,cinta,
pun cahaya

dan sajak sajak,kucipta!

Dzikir Bersama Sepi

maka saat sepi
jangan kau kepal sendiri
jangan kau kurung diri
jangan henti memuji
selalu ada Illahi menemani

281207
(pada sebuah ruangan di wisma MAN Model Makassar)

toycam

Kemarin pas lagi online di kaskus, sempat singgah di tritnya si ultramand. Dia jualan toycam. Eh, langsung suka sama yang diana f+cmyk. Tap...